LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ILMU FARMASI DASAR
PERCOBAAN
INDEKS BIAS
Kelompok VI
Golongan : Farmasi B
Asisten : Rezky Ayu Andira
Laboratorium Kimia Analisa
Jurusan Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin
Samata – Gowa
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Fisika
merupakan disiplin ilmu yang kompleks. Fisika mempelajari konsep-konsep tentang
gejala alam yang terjadi dimuka bumi ini. Salah Satu konsep yang diterangkan
dalam fisika adalah indeks bias. Indeks bias adalah perbandingan kerapatan antara kecepatan cahaya didalam udara dengan
kecepatan cahaya didalam zat pada suhu tertentu.
Indeks bias ditentukan dengan refraktometer .
refraktometer adalah alat yang digunakan untuk menetapkan nilai indeks bias.
Refraktometer merupakan alat yang tepat dan cepat untuk menentukan indeks bias,
serta suatu metode yang sederhana. Alat
ini hanya menggunakan sampel yang
relatif sedikit.
Penerapan
indeks bias dimanfaatkan diberbagai bidang. Dalam bidang farmasi misalnya,
untuk mengetahui kadar dan konsentrasi suatu sediaan ataupun obat-obatan
sebelum dipasarkan. Hal inilah yang
kemudian mendasari dilakukannya percobaan ini.
Mengingat
betapa pentingnya pemanfaatan atau penggunaan prinsip indeks bias ini, maka
diharapkan dapat mengaplikasikannya dengan benar . dalam percobaan ini
diharapkan dapat menetapkan indeks bias dan persen kadar glukosa dalam suatu
larutan dengan menggunakan alat refraktometer.
I.2. Makud dan Tujuan
I.2.1. Maksud Percobaan
Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan
indeks bias dan % kadar glukosa suatu sampel (aquadest, glukosa 20%, glukosa
30%, glukosa 40% dan teh kotak).
I.2.2. Tujuan Percobaan
1. Untuk
mengetahui kadar glukosa dalam sampel (aquadest, glukosa 20%, glukosa 30%,
glukosa 40% dan teh kotak).
2. Untuk
mengetahui indeks bias dari sampel (aquadest, glukosa 20%, glukosa 30%, glukosa
40% dan teh kotak).
I.3 Prinsip Percobaan
Penentuan indeks bias
dan % kadar glukosa dari beberapa sampel, yaitu larutan glukosa 10%, 20%, 30%
dan teh kotak® dengan cara memasukkan sampel pada
refraktometer yang sudah dibersihkan berdasarkan cara kerjanya dan hasilnya
dimasukkan ke dalam tabel pengamatan dimana method-2 untuk penentuan kadar
glukosa dan method-4 untuk penentuan indeks bias sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Teori Umum
Indeks
bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan
cahaya dalam gas. Indeks bias absolut dari suatu medium didefenisikan sebagai :
Untuk
dua medium sembarang, indeks bias relatif medium-1, terhadap medium-2, adalah
(Frederick J. Bueche. 2006 : 245)
Indeks bias juga merupakan perbandingan
antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat
tersebut pada suhu tertentu contohnya indeks bias minyak asiri dimana
berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun dalam minyak asiri yang
dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak
asiri dapat memengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyak komponen berantai
panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka
kerapatan medium minyak asiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan
lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks bias juga dipengaruhi salah satunya
dengan adanya air dalam kendungan minyak tersebut.
(Rochim Armando. 2008 : 90)
Indeks bias juga dapat didefenisikan
sebagai perbandingan aantara kecepatan cahaya dalam udara dengan kecerahan
cahaya dalam zat. Indeks bias berguna untuk mengidentifikasi zat dan mendeteksi
ketidakmurnian minyak (Anonim, 1995).
Jika cahaya melewati media kurang padat
ke media lebih padat, maka sinar akan membelok/membias dari garis normal.
Keterangan :
N
= Indeks bias media lebih padat
n
= Indeks bias media kurang padat
sin
i = sudut sinar datang
sin
e = sudut sinar pantul
(Ketaren. 1985: 120)
Laju cahaya dalam ruang udara hampa
adalah c = 3,00 x
m/
. Lau ini berlaku untuk semua gelombang
elektromagnetik, termasuk cahaya tampak. Di udara, laju tersebut hanya sedikit
lebih kecil. Pada benda transparan lainnya, seperti kaca dan air, kelajuan
selalu lebih kecil dari atau dibanding di udara hampa. Sebagai contoh, di air
cahaya merambat kira-kira dengan laju ¾ c. Perbandingan laju cahaya di udara
hampa dengan laju v pada materi tertentu disebut indeks bias (n), dari materi
tersebut :
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010 : 198)
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari
1 (artinya, n ≥ 1), dan nilainya untuk berbagai medium terdapat pada label di
bawah ini :
Medium
|
n ≥ 1
|
Udara hampa
|
1,00
|
Udara (pada STP)
|
1,00
|
Air
|
1,33
|
Alkohol etil
|
1,36
|
Kaca
|
|
Kuarsa
lebur
|
1,46
|
Kaca
korona
|
1,52
|
Api
cahaya
|
1,58
|
Lucile atau pleksiglass
|
1,51
|
Garam dapur (Natrium klorida)
|
1,53
|
Berlian
|
2,42
|
Sebagaimana yang kita lihat di atas, n
sedikit bervariasi terhadap panjang gelombang cahaya kecuali dihampa udara
sehingga suatu panjang gelombang tertentu ditentukan, yaitu untuk cahaya kuning
dengan panjang gelombang λ = 589 nm.
(Douglas C. Gianceli. 2010 : 7)
Ketika cahaya melintas dari suatu medium
ke medium lainnya, sebagian cahaya datang akan dipantulkan pada perbatasan.
Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk
sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan
pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010 : 198)
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan
sebuah berkas yang merambat udara ke air. Sudut
adalah sudut datang dan
adalah sudut bias. Perbaikan bahwa berkas
dibelokkan menuju normal ketika memasuki air. Hal ini selalu terjadi ketika
berkas cahaya memasuki medium dimana lajunya lebih besar.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Pola pembiasan dapat kita lihat pada
kasus seseorang yang berdiri di air yang dalamnya sepinggang tampak memiliki
kaki yang lebih pendek karena berkas yang meninggalkan telapak kaki orang
tersebut dibelokkan dipermukaan. Demikian pula jika sebuah pensil diletakkan
dalam gelas berisi air maka tampak pensil seperti patah.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Susut bias tergantung pada laju cahaya
kedua media dann pada sudut datang. Hubungan analitik antara
dengan
ditemukan secara eksperimen pada sekitar tahun
1621 oleh Willebrord Snell (1591 – 1626) yang dikenal dengan nama Hukum
Snellitus.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Seberkas cahaya yang masuk pada kaca plan
paralel akan dibiaskan mendekati kembali ke udara tetapi menjauhi garis normal.
Sinar yang masuk akan sejajar dengan sinar yang keluar.
Dengan perumusan untuk menghitung jarak
pergeseran :
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Apabila cahaya mengenai suatu bidang
pemisah antara dua medium, sebagian cahaya dipantulkan dan sebagian lagi
diteruskan. Cahaya yang diteruskan dibiaskan pada bidang pemisah, yang berarti
bahwa gelombang cahaya dibelokkan. Pembiasaan menimbulkan beberapa pemikiran
penting dalam ilmu fisika dan merupakan mekanisme dasar dibalik fungsi lensa
dan prisma.
(Stephen D. Bresnick. 1998: 143)
Apabila gelombang cahaya masuk kesebuah
medium tembus cahaya selain ruang hampa, seperti kaca, gelombang itu akan
merambat perlahan-lahan pada kecepatan kurang dari 3 x 108 m/detik.
Konsep ini merupakan dasar dari indeks bias, n, dari suatu medium, dengan rumus
:
(Stephen D. Bresnick. 1998: 143)
Dengan
c adalah 3 x 108 m/detik yang merupakan kecepatan cahaya dalam ruang
hampa, dan v adalah kecepatan cahaya dalam medium yang menjadi lambat. Jadi
untuk ruang hampa, n = 1, dan untuk medium lain, n > 1.
(Stephen D. Bresnick. 1998: 143)
Dari berbagai metode pengukuran laju
cahaya yang telah dilakukan oleh para fisikawan, pada dasarnya terdapat
kesamaan nilai yang didapat. Saat ini kecepatan cahaya didefenisikan secara
tepat, c = 299.792.457 m/detik dan standar panjang, meter didefenisikan
sehubungan dengan nilai laju cahaya diatas pengukuran laju cahaya saat ini
adalah pengukuran dalam ukuran meter, yaitu jarak yang ditempuh cahaya cukup
lama (1/299.792.457) detik. Nilai 3 x 108 m/detik bagi laju cahaya
cukup akurat untuk hampir semua perhitungan. Lajuh gelombang-gelombang radio
dan semua gelombang-gelombang elektromagnetik lainnya dalam ruang hampa sama
dengan laju cahanya.
(Hani. 2007: 149)
Hukum Pembiasan (Hukum
Snell)
Ketika
cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya dating
akan dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika
seberkas cahaya dating dan membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya
tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru,
pembelokan ini disebut pembiasan.
(Tim
Penyusun Fisika Dasar. 2010:198)
II.2. Uraian Bahan
1. Aquadest
(Dirjen POM, 1979: 96)
Nama
resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling,
Aqua depurata, Aquadest, Aqua purificata, dan Aqua buctering
Rumus
molekul : H2O
Berat
molekul : 18,02
Rumus
bangun : H – O – H
Pemerian : Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut dan
sebagai sampel
ɳ
aquadest : 1,3320
2. Glukosa
(Dirjen POM, 1979: 268)
Nama
resmi : GLUCOSUM
Nama
lain : Glukosa
Rumus
molekul : C6H12O6.H2O
Berat
molekul : 198,17
Pemerian :
Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa
manis.
3. Tek
Kotak®
Komposisi : Air, gula, teh melati
% AKG : - Lemak total : 0 g
(% AKG) 0% (% nv)
- Protein : 0 g (% AKG)
0% (% nv)
- Karbohidrat
total : 17 g (% AKG) 6% (%
nv)
- Gula
(sugar) : 17 g (% AKG)
- Natrium : 0 g (%
AKG) 0%
(% nv)
- Energi
total : 70 kkal
a. Lemak
adalah sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen.
b. Protein adalah senyawa organik kompleks
berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari
monomer-monomer asam amino yang
dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
c. Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen.
d. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan
utama.
e. Natrium adalah nutrisi penting yang berfungsi untuk mengatur
volume darah, tekanan darah, keseimbangan osmotik dan pH, sedangkan kebutuhan
fisiologis minimum untuk natrium adalah 500 miligram per hari.
BAB
III
METODE
KERJA
III.1. Alat dan Bahan
III.1.1. Alat
1. Cawan
porselen, sebagai wadah sampel.
2. Pipet
tetes , untuk mengambil dan meneteskan
larutan dari sampel (aquadest, glukosa dan teh kotak)
3. Rak
tabung, untuk menyimpan sementara tabung reaksi yang sedang digunakan dalam
praktikum
4. Refraktometer
RA 520 N, untuk mengatur indeks bias dan kemurnian suatu zat.
5. Tabung
reaksi, untuk menyimpan larutan sampel
III.1.2. Bahan
1. Aquadest : sebagai sampel
2. Glukosa
20% : sebagai sampel
3. Glukosa
30% : sebagai sampel
4. Glukosa
40% : sebagai sampel
5. Teh
kotak : sebagai sampel
III.2. Cara Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukkan
masing-masing sampel (aqua, teh kotak, glukosa 20%, glukosa 30%, dan glukosa
40%) dalam tabung reaksi terpisah dengan menggunakan pipet tetes.
3. Tabung
reaksi disimpan pada rak tabung yang telah berisi sampel.
4. Dibuka
tutup prisma refraktometer dan dibersihkan dengan tissue secara perlahan.
5. Diteteskan
sampel pertama (aquadest) dengan menggunakan pipet tetes ke dalam prisma
refraktometer sampai pada batas garis yang telah ditentukan sebelumnya. Pada
saat sampel diteteskan, ujung pipet tidak boleh terbentuk dipermukaan prisma
refraktometer lalu ditutup.
6. Refraktometer
dinyalakan dengan menekan tombol “on”.
7. Ditekan
tombol “method”. Pada layar akan muncul beberapa menu method. Pertama,
ditentukan kadar glukosa sampel aquadest maka dipilih method 2 dan ditekan
tombol enter. Dicatat hasil pengukuran.
8. Selanjutnya
tekan tombol reset dan tekan tombol “method”. Pada layar akan muncul bebrapa
menu method. Ditentukan indeks bias sampel dengan memilih method 4 dan ditekan
tombol enter. Dicatat hasil pengukuran.
9. Sampel
dibersihkan dan dimasukkan sampel teh kotak, glukosa 20%, glukosa 30%, dan
glukosa 40% secara bergantian dengan mengikuti tahap-tahap seperti sampel
aquades.
10. Setelah
kelima sampel telah diuji kadar glukosa dan indeks biasnya, ditekan tombol
“Off” untuk menutup percobaan.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
IV.1. Tabel Pengamatan
No.
|
Sampel
|
|
Glukosa
|
||||
I
|
II
|
III
|
I
|
II
|
III
|
||
1.
|
Aquades
|
1,332
|
1,332
|
1,332
|
-0,02
|
-0.09
|
-0,02
|
2.
|
Glukosa 20%
|
1,357
|
1,357
|
1,359
|
16,23
|
16,32
|
16,34
|
3.
|
Glukosa 30%
|
1,371
|
1,371
|
1,371
|
24,66
|
24,64
|
24,68
|
4.
|
Glukosa 40%
|
1,384
|
1,384
|
1,384
|
31,77
|
31,78
|
31,87
|
5.
|
Teh Kotak
|
1,346
|
1,346
|
1,346
|
8,93
|
8,95
|
8,52
|
IV.2. Perhitungan
IV.2.1.
Aquadest
IV.2.2. Glukosa 20%
IV.2.3. Glukosa 30%
IV.2.4. Glukosa 40%
IV.2.5. Teh Kotak
BAB
V
PEMBAHASAN
Indeks
bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan
kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias juga
bisadiartikan perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara dengan kecerahan
cahaya dalam zat. Indeks bias berguna untuk mengidentifikasi zat serta
mendeteksi ketidakmurnian minyak atsiri.
Jika
cahaya melewati media kurang rapat ke media lebih padat, maka sinar akan
membelok dari garis normal indeks bias, dirumuskan
Keterangan :
n = indeks bias
c = kecepatan cahaya dalam ruangan
hampa (299.792.458 m/s)
v = kecepatan
Adapun faktor yang memengaruhi indeks
bias adalah:
1.
Pengaruh jenis zat
Zat- zat dengan struktur
kimia yang mirip dapat bercampur dengan baik dibandingkan yang tidak.
2.
Pengaruh suhu
Kelarutan zat padat pada
umumnya bertambah dengan naiknya suhu, namun pada gas menurun karena
berevaporasi (menguap).
3.
Pengaruh tekanan
Pada zat cair dan zat
padat pengaruhnya kecil. Sedangkan pada gas, kelarutan bertambah dengan
bertambahnya tekanan.
4.
Ukuran partikel
Makin kecil partikel
maka zat terlarut semakin cepat larut.
5.
Penambahan pelarut lain atau
modifikasi pelarut.
Penambahan
pelarut lain menyebabkan kenaikan kelarutan.
Langkah kerja dari percobaan indeks bias
adalah sebelum menggunakan refaktometer, terlebih dahulu bersihkan tempat
sampel dengan tissue. Selanjutnya teteskan sampel pertama hingga mencapai batas
yang ada pada tempat sampel. Kemudian tutup tempat sampel agar terhindar dari
cemaran benda asing ataupun agar hampa udara, selanjutnya tekan tombol
untuk mengarahkan pada penentuan indeks bias
dan % glukosa. Method-2 untuk % glukosa dan method-4 untuk indeks biasnya.
Tekan tombol enter lalu tekan tombol meas, Beberapa detik sesudahnya. Tunggu
beberapa saat hingga terdengar bunyi yang menandakan measuring telah selesai
sehingga diperoleh ukuran atau kadar yang ingin diketahui. Baik indeks bias
maupun % glukosanya. Catat data yang
didapatkan. Lalu tekan tombol reset untuk membersihkan atau menghapus data,
kemudian tekan tombol method untuk kembali kemenu.
Pada
percobaan kali ini, sampel yang digunakan berupa aquadest, larutan glukosa
(20%, 30%, dan 40%) dan teh kotak dilakukan secara terpisah. Untuk glukosa 20%
didapatkan dengan melarutkan 20 gram glukosa dalam 100 ml aquadest, glukosa 30%
didapatkan dengan melarutkan 30 gram glukosa dalam 100 ml aquades, begitupun
glukosa 40% didapatkan dengan ditimbang 40 gram glukosa dalam neraca analitik,
kemudian dilarutkan dalam gelas ukur dan diaduk menggunakan batang pengaduk.
Ketiganya masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Jika belum
mencapai batas minuskus ditambahkan aquadest hingga mencapai batas minuskus tersebut.
Larutan lalu dihomogenkan dengan cara memutar balikkan labu ukur, hingga
larutan tercampur satu sama lain. Begitupun dengan teh kotak dan aquadest.
Kelima sampel dimsukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes dengan
hati-hati. Setiap sampel dalam tabung reaksi diberi label sesuai dengan nama
larutan. Refraktometer dinyalakan kemudian dibersihkan tempat penyimpanan
sampel. Pertama diteteskan aquades dengan hati-hati ke dalam refraktometer
hingga batas garis. Tekan tombol method-2 lalu enter, dan measure. Tunggu
beberapa saat sampai monitor menunjukkan nilai kadar glukosa. Langkah di atas
juga menunjukkan nilai indeks bias dengan memilih tombol method-4. Kaca tempat
penyimpanan sampel pada refraktometer harus selalu dibersihkan dengan aquades
dan di lap dengan tissue.
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil indeks bias rata-rata untuk aquadest
diperoleh 1,332, glukosa 20%= 1,357, glukosa 30%= 1,371, glukosa 40%= 1,384,
dan teh kotak 1,346. Sedangkan untuk kadar % glukosa rata-rata diperoleh
-0,0433% untuk aquadest, 16,29% untuk glukosa 20%, 24,66% untuk glukosa 30%,
31,77% untuk glukosa40% dan teh kotak 8,8%.
Dapat
disimpulkan bahwa larutan glukosa 20%, 30% dan 40% memiliki nilai indeks bias
yang lebih besar jika dibandingkan dengan aquadest dan the kotak. Dan
menunjukkan bahwa glukosa 20%, 30% dan 40% lebih pekat dari pada aquadest dan
teh kotak. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa larutan dengan konsentrasi
ataupun kadar glukosa yang lebih banyak merupakan larutan yang lebih pekat.
Ada
beberapa factor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya suhu, daya hantar
listrik, jenis zat, temperatur, dan tekanan. Suhu, pada suhu tinggi
partikel-partikel akan bergerak lebih cepat disbanding pada suhu rendah. Hal
ini menyebabkan zat terlarut lebih mudah larut pada suhu tinggi.Daya hantar
listrik murni, merupakan penghantar listrik yang buruk.akan tetapi jika didalam
air tersebut ditambahkan zat pelarut maka sifat daya hambatannya berubah sesuai
dengan jenis zat yang dilarutkan, jenis zat-zat dengan struktur kimia yang
mirip pada umumnya dapat saling bercampur dengan baik sedangkan zat-zat yang
struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampuran. Temperatur
kelarutan gas umumnya berkurang pada temperature yang tinggi.Tekanan perubahan
tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.
Faktor
kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini berupa kesalahan dalam pembuatan
larutan glukosa 40% yang diulangi pembuatannya beberapa kali hingga mendapatkan
larutan glukosa 40%.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi indeks bias, yaitu: kekentalan zat cair, dimana semakin
kental zat cair, indeks biasnya semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin
encer zat cair maka indeks biasnya semakin kecil; kecepatan rambat cahaya,
dimana semakin besar cepat rambat cahaya dalam medium, maka indeks biasnya
semakin besar; suhu, dimana semakin besar suhu maka indeks biasnya semakin
kecil; panjang gelombang, dimana semakin besar panjang gelombang maka indeks
biasnya semakin kecil; tekanan udara permukaan, dimana semakin besar tekanan
udara permukaan maka indeks biasnya semakin besar; dan konsentrasi larutan,
dimana semakin besar konsentrasi larutan maka indeks bias semakin besar ,
sebaliknya jika semakin kecil konsentrasi larutan maka indeks biasnya juga
semakin kecil.
Refraktometer
dapat menunjukkan hasil berupa angka indeks bias serta kadar glukosa dengan
sumber cahaya yang ada pada refraktometer. Ketika refraktometer tersebut
diaktifkan atau dinyalakan cahaya tersebut akan menembus bagian prisma yang
berisi sampel dan membaca glukosa sebagai molekul yang dicarinya. Saat cahaya
berhasil mendeteksi glukosa maka akan dibiaskan untuk selanjutnya diproses
detektor. Sebagai cahaya yang tidak terbaca atau kenali, glukosa akan
dipantulkan dan cahaya yang diproses oleh detektor atau dibaca oleh monitor dan
menampilkan dengan persen angka yang menunjukkan % kadar glukosa dan indeks
bias yang hanya berupa angka-angka inilah yang kemudian menjadi nilai indeks
bias dan persen glukosa dan sampel pada percobaan ini ada beberapa sampel yaitu
aquadest, glukosa 20%, glukosa 30%, glukosa 40%, dan teh kotak.
Perbedaan
indeks bias dari tiap-tiap sampel disebabkan karena kecepatan cahaya pada
masing-masing medium atau sampel berbeda-beda, dimana laju cahaya pada
kecepatan vakum lebih cepat dari pada laju cahaya ketika sudah melewati suatu
medium. Perlambatan ini terjadi karena dalam medium terjadi penyerapan atau
absorbs dan hamburan cahaya saat bergerak dari atom ke atom.
Untuk
perbedaan (%) glukosa tergantung pada kandungan (gram) glukosa pada komposisi
masing-masing sampel dimana kadar glukosa pada aquadest berbeda-beda dan tidak
sesuai dengan literatur. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian
saat aquadest dimasukkan dalam prima refraktometer tidak membaca secara
keseluruhan aqoadest yang dimasukkan.
Indeks
bias berkaitan dengan mekanisme kelarutan, mekanisme kelarutan dapat ditentukan
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelautan yaitu jenis zat (polar
larut dalam polar dan non polar larut dalam non polar), temperatur
(endotoerm-kelarutan bertambah pada suhu tinggi dan eksoterm-kelarutan
berkurang pada suhu tinggi) dan tekanan (kelarutan gas sama dengan tekanan
porsial yang dimilikinya)
Percobaan indeks bias berhubungan dengan
dunia farmasi yaitu untuk mengetahui
takaran ataupun persen kadar suatu sediaan atau obat serta konsentrasi
obat sebelum dipasarkan. Sehingga diketahui apakah obat tersebut layak
dikonsumsikan dan diedarkan atau tidak.
BAB
VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
1. %
Kadar glukosa pada aquadest adalah -0,09%, pada larutan glukosa 20% adalah
16,32%, pada larutan glukosa 30% adalah 24,64%, pada larutan glukosa 40% adalah
31,78%, dan % kadar glukosa pada teh kotak adalah 8,95%.
2. Nilai
indeks bias aquadest adalah 1,332, nilai indeks bias pada larutan glukosa 20% adalah
1,357, nilai indeks bias pada larutan glukosa 30% adalah 1,371, nilai indeks
bias pada larutan glukosa 40% adalah 1,384, dan nilai indeks bias pada teh
kotak adalah 1,346.
VI.2. Saran
a.Asisten : Cara membimbingnya sudah baik dan
diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
b.Laboratorium :
Diharapkan agar kebersihan laboratorium dapat dijaga dan juga kebersihan dari
alat refraktometer agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan
hasil yang akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Armando,
Rochim. 2000. Memproduksi Minyak Atsiri
Berkualitas. Jakarta: PS
Bresnick, Stephen.
1998. Intisari Fisika. Jakarta:
Erlangga.
Bueche, Frederick.
2006. Fisika Universitas Edisi X.
Jakarta: Erlangga.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Depkes RI.
Grancholi, Doughlass.
1999. Fisika Edisi III. Jakarta:
Erlangga.
Hani, Ahmadi Rustan.
1999. Fisika Kesehatan. Jakarta:
Apres.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Universitas
Hasanuddin. 2010. Materi Penuntun
Perkuliahan. Makassar: Unhas Press.
www.wikipedia.com.
Dimuat tanggal 3 Desember 2012.
Apakah tidak ada perhitungannya kak??
BalasHapus