Jumat, 30 Mei 2014


LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
ILMU FARMASI DASAR
PERCOBAAN
INDEKS BIAS


Kelompok VI
Golongan                : Farmasi B
Asisten                    : Rezky Ayu Andira

Laboratorium Kimia Analisa
Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin

Samata – Gowa
2013

BAB I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
Fisika merupakan disiplin ilmu yang kompleks. Fisika mempelajari konsep-konsep tentang gejala alam yang terjadi dimuka bumi ini. Salah Satu konsep yang diterangkan dalam fisika adalah indeks bias. Indeks bias adalah perbandingan kerapatan  antara kecepatan cahaya didalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat pada suhu tertentu.
Indeks  bias ditentukan dengan refraktometer . refraktometer adalah alat yang digunakan untuk menetapkan nilai indeks bias. Refraktometer merupakan alat yang tepat dan cepat untuk menentukan indeks bias, serta  suatu metode yang sederhana. Alat ini hanya menggunakan  sampel yang relatif sedikit.
Penerapan indeks bias dimanfaatkan diberbagai bidang. Dalam bidang farmasi misalnya, untuk mengetahui kadar dan konsentrasi suatu sediaan ataupun obat-obatan sebelum dipasarkan. Hal inilah yang  kemudian mendasari dilakukannya percobaan ini.
Mengingat betapa pentingnya pemanfaatan atau penggunaan prinsip indeks bias ini, maka diharapkan dapat mengaplikasikannya dengan benar . dalam percobaan ini diharapkan dapat menetapkan indeks bias dan persen kadar glukosa dalam suatu larutan dengan menggunakan alat refraktometer.




I.2.   Makud dan Tujuan
I.2.1. Maksud Percobaan
            Untuk mengetahui dan memahami cara penentuan indeks bias dan % kadar glukosa suatu sampel (aquadest, glukosa 20%, glukosa 30%, glukosa 40% dan teh kotak).
I.2.2. Tujuan Percobaan
1.    Untuk mengetahui kadar glukosa dalam sampel (aquadest, glukosa 20%, glukosa 30%, glukosa 40% dan teh kotak).
2.    Untuk mengetahui indeks bias dari sampel (aquadest, glukosa 20%, glukosa 30%, glukosa 40% dan teh kotak).
I.3    Prinsip Percobaan
Penentuan indeks bias dan % kadar glukosa dari beberapa sampel, yaitu larutan glukosa 10%, 20%, 30% dan teh kotak®­ dengan cara memasukkan sampel pada refraktometer yang sudah dibersihkan berdasarkan cara kerjanya dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel pengamatan dimana method-2 untuk penentuan kadar glukosa dan method-4 untuk penentuan indeks bias sampel.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.      Teori Umum
Indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam gas. Indeks bias absolut dari suatu medium didefenisikan sebagai :
Untuk dua medium sembarang, indeks bias relatif medium-1, terhadap medium-2, adalah
(Frederick J. Bueche. 2006 : 245)
Indeks bias juga merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu tertentu contohnya indeks bias minyak asiri dimana berhubungan erat dengan komponen-komponen yang tersusun dalam minyak asiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak asiri dapat memengaruhi nilai indeks biasnya. Semakin banyak komponen berantai panjang seperti sesquiterpen atau komponen bergugus oksigen ikut tersuling maka kerapatan medium minyak asiri akan bertambah sehingga cahaya yang datang akan lebih besar. Menurut Guenther, nilai indeks bias juga dipengaruhi salah satunya dengan adanya air dalam kendungan minyak tersebut.
(Rochim Armando. 2008 : 90)
Indeks bias juga dapat didefenisikan sebagai perbandingan aantara kecepatan cahaya dalam udara dengan kecerahan cahaya dalam zat. Indeks bias berguna untuk mengidentifikasi zat dan mendeteksi ketidakmurnian minyak (Anonim, 1995).
Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih padat, maka sinar akan membelok/membias dari garis normal.
Keterangan :
N = Indeks bias media lebih padat
n = Indeks bias media kurang padat
sin i = sudut sinar datang
sin e = sudut sinar pantul
(Ketaren. 1985: 120)
Laju cahaya dalam ruang udara hampa adalah c = 3,00 x  m/ . Lau ini berlaku untuk semua gelombang elektromagnetik, termasuk cahaya tampak. Di udara, laju tersebut hanya sedikit lebih kecil. Pada benda transparan lainnya, seperti kaca dan air, kelajuan selalu lebih kecil dari atau dibanding di udara hampa. Sebagai contoh, di air cahaya merambat kira-kira dengan laju ¾ c. Perbandingan laju cahaya di udara hampa dengan laju v pada materi tertentu disebut indeks bias (n), dari materi tersebut :
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010 : 198)
Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari 1 (artinya, n ≥ 1), dan nilainya untuk berbagai medium terdapat pada label di bawah ini :
Medium
n ≥ 1
Udara hampa
1,00
Udara (pada STP)
1,00
Air
1,33
Alkohol etil
1,36
Kaca

Kuarsa lebur
1,46
Kaca korona
1,52
Api cahaya
1,58
Lucile atau pleksiglass
1,51
Garam dapur (Natrium klorida)
1,53
Berlian
2,42

Sebagaimana yang kita lihat di atas, n sedikit bervariasi terhadap panjang gelombang cahaya kecuali dihampa udara sehingga suatu panjang gelombang tertentu ditentukan, yaitu untuk cahaya kuning dengan panjang gelombang λ = 589 nm.
(Douglas C. Gianceli. 2010 : 7)
Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya datang akan dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya datang dan membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembelokan ini disebut pembiasan.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010 : 198)
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan sebuah berkas yang merambat udara ke air. Sudut  adalah sudut datang dan  adalah sudut bias. Perbaikan bahwa berkas dibelokkan menuju normal ketika memasuki air. Hal ini selalu terjadi ketika berkas cahaya memasuki medium dimana lajunya lebih besar.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Pola pembiasan dapat kita lihat pada kasus seseorang yang berdiri di air yang dalamnya sepinggang tampak memiliki kaki yang lebih pendek karena berkas yang meninggalkan telapak kaki orang tersebut dibelokkan dipermukaan. Demikian pula jika sebuah pensil diletakkan dalam gelas berisi air maka tampak pensil seperti patah.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Susut bias tergantung pada laju cahaya kedua media dann pada sudut datang. Hubungan analitik antara  dengan  ditemukan secara eksperimen pada sekitar tahun 1621 oleh Willebrord Snell (1591 – 1626) yang dikenal dengan nama Hukum Snellitus.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Seberkas cahaya yang masuk pada kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati kembali ke udara tetapi menjauhi garis normal. Sinar yang masuk akan sejajar dengan sinar yang keluar.
Dengan perumusan untuk menghitung jarak pergeseran :
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010: 199)
Apabila cahaya mengenai suatu bidang pemisah antara dua medium, sebagian cahaya dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan. Cahaya yang diteruskan dibiaskan pada bidang pemisah, yang berarti bahwa gelombang cahaya dibelokkan. Pembiasaan menimbulkan beberapa pemikiran penting dalam ilmu fisika dan merupakan mekanisme dasar dibalik fungsi lensa dan prisma.
(Stephen D. Bresnick. 1998: 143)
Apabila gelombang cahaya masuk kesebuah medium tembus cahaya selain ruang hampa, seperti kaca, gelombang itu akan merambat perlahan-lahan pada kecepatan kurang dari 3 x 108 m/detik. Konsep ini merupakan dasar dari indeks bias, n, dari suatu medium, dengan rumus :
(Stephen D. Bresnick. 1998: 143)
Dengan c adalah 3 x 108 m/detik yang merupakan kecepatan cahaya dalam ruang hampa, dan v adalah kecepatan cahaya dalam medium yang menjadi lambat. Jadi untuk ruang hampa, n = 1, dan untuk medium lain, n > 1.
(Stephen D. Bresnick. 1998: 143)
Dari berbagai metode pengukuran laju cahaya yang telah dilakukan oleh para fisikawan, pada dasarnya terdapat kesamaan nilai yang didapat. Saat ini kecepatan cahaya didefenisikan secara tepat, c = 299.792.457 m/detik dan standar panjang, meter didefenisikan sehubungan dengan nilai laju cahaya diatas pengukuran laju cahaya saat ini adalah pengukuran dalam ukuran meter, yaitu jarak yang ditempuh cahaya cukup lama (1/299.792.457) detik. Nilai 3 x 108 m/detik bagi laju cahaya cukup akurat untuk hampir semua perhitungan. Lajuh gelombang-gelombang radio dan semua gelombang-gelombang elektromagnetik lainnya dalam ruang hampa sama dengan laju cahanya.
(Hani. 2007: 149)
Hukum Pembiasan (Hukum Snell)
            Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium lainnya, sebagian cahaya dating akan dipantulkan pada perbatasan. Sisanya lewat ke medium yang baru. Jika seberkas cahaya dating dan membentuk sudut terhadap permukaan (bukan hanya tegak lurus), berkas tersebut dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru, pembelokan ini disebut pembiasan.
(Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010:198)

II.2.      Uraian Bahan
1.      Aquadest (Dirjen POM, 1979: 96)
Nama resmi                    : AQUA DESTILLATA
Nama lain                      : Air suling, Aqua depurata, Aquadest, Aqua purificata, dan Aqua buctering
Rumus molekul             : H2O
Berat molekul                : 18,02
Rumus bangun             : H – O – H
Pemerian                      : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak    mempunyai rasa
Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan                      : Sebagai pelarut dan sebagai sampel
ɳ aquadest                     : 1,3320

2.      Glukosa (Dirjen POM, 1979: 268)
Nama resmi                    : GLUCOSUM
Nama lain                       : Glukosa
Rumus molekul             : C6H12O6.H2O
Berat molekul                : 198,17
Rumus bangun             :          


Pemerian                       : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis.

3.      Tek Kotak®
Komposisi          : Air, gula, teh melati
% AKG               : -  Lemak total          : 0 g   (% AKG)  0%  (% nv)
-   Protein                  : 0 g   (% AKG)  0%  (% nv)
-   Karbohidrat total : 17 g (% AKG)  6%  (% nv)
-   Gula (sugar)        : 17 g (% AKG)
-   Natrium                 : 0 g   (% AKG)  0%  (% nv)
-   Energi total          : 70 kkal
a.  Lemak adalah sekelompok besar molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
b.  Protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida.
c.   Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen.
d.  Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama.
e.  Natrium adalah nutrisi penting yang berfungsi untuk mengatur volume darah, tekanan darah, keseimbangan osmotik dan pH, sedangkan kebutuhan fisiologis minimum untuk natrium adalah 500 miligram per hari.








BAB III
METODE KERJA
III.1.     Alat dan Bahan
            III.1.1.  Alat
1.  Cawan porselen, sebagai wadah sampel.
2.  Pipet tetes , untuk mengambil dan meneteskan larutan dari sampel (aquadest, glukosa dan teh kotak)
3.  Rak tabung, untuk menyimpan sementara tabung reaksi yang sedang digunakan dalam praktikum
4.  Refraktometer RA 520 N, untuk mengatur indeks bias dan kemurnian suatu zat.
5.  Tabung reaksi, untuk menyimpan larutan sampel
            III.1.2.  Bahan
1.  Aquadest               : sebagai sampel
2.  Glukosa 20%        : sebagai sampel
3.  Glukosa 30%        : sebagai sampel
4.  Glukosa 40%        : sebagai sampel
5.  Teh kotak              : sebagai sampel
III.2.     Cara Kerja
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Dimasukkan masing-masing sampel (aqua, teh kotak, glukosa 20%, glukosa 30%, dan glukosa 40%) dalam tabung reaksi terpisah dengan menggunakan pipet tetes.
3.      Tabung reaksi disimpan pada rak tabung yang telah berisi sampel.
4.      Dibuka tutup prisma refraktometer dan dibersihkan dengan tissue secara perlahan.
5.      Diteteskan sampel pertama (aquadest) dengan menggunakan pipet tetes ke dalam prisma refraktometer sampai pada batas garis yang telah ditentukan sebelumnya. Pada saat sampel diteteskan, ujung pipet tidak boleh terbentuk dipermukaan prisma refraktometer lalu ditutup.
6.      Refraktometer dinyalakan dengan menekan tombol “on”.
7.      Ditekan tombol “method”. Pada layar akan muncul beberapa menu method. Pertama, ditentukan kadar glukosa sampel aquadest maka dipilih method 2 dan ditekan tombol enter. Dicatat hasil pengukuran.
8.      Selanjutnya tekan tombol reset dan tekan tombol “method”. Pada layar akan muncul bebrapa menu method. Ditentukan indeks bias sampel dengan memilih method 4 dan ditekan tombol enter. Dicatat hasil pengukuran.
9.      Sampel dibersihkan dan dimasukkan sampel teh kotak, glukosa 20%, glukosa 30%, dan glukosa 40% secara bergantian dengan mengikuti tahap-tahap seperti sampel aquades.
10.   Setelah kelima sampel telah diuji kadar glukosa dan indeks biasnya, ditekan tombol “Off” untuk menutup percobaan.



BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1.    Tabel Pengamatan
No.
Sampel
Glukosa
I
II
III
I
II
III
1.
Aquades
1,332
1,332
1,332
-0,02
-0.09
-0,02
2.
Glukosa 20%
1,357
1,357
1,359
16,23
16,32
16,34
3.
Glukosa 30%
1,371
1,371
1,371
24,66
24,64
24,68
4.
Glukosa 40%
1,384
1,384
1,384
31,77
31,78
31,87
5.
Teh Kotak
1,346
1,346
1,346
8,93
8,95
8,52

IV.2.    Perhitungan
IV.2.1. Aquadest
IV.2.2. Glukosa 20%
%

IV.2.3. Glukosa 30%
%
IV.2.4. Glukosa 40%
%
IV.2.5. Teh Kotak







BAB V
PEMBAHASAN
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya didalam zat tersebut pada suhu tertentu. Indeks bias juga bisadiartikan perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara dengan kecerahan cahaya dalam zat. Indeks bias berguna untuk mengidentifikasi zat serta mendeteksi ketidakmurnian minyak atsiri.
Jika cahaya melewati media kurang rapat ke media lebih padat, maka sinar akan membelok dari garis normal indeks bias, dirumuskan
Keterangan     :
n        = indeks bias
c        = kecepatan cahaya dalam ruangan hampa  (299.792.458 m/s)
v        = kecepatan
Adapun faktor yang memengaruhi indeks bias adalah:
1.         Pengaruh jenis zat
Zat- zat dengan struktur kimia yang mirip dapat bercampur dengan baik dibandingkan yang tidak.                   
2.         Pengaruh suhu
Kelarutan zat padat pada umumnya bertambah dengan naiknya suhu, namun pada gas menurun karena berevaporasi (menguap).   


3.         Pengaruh tekanan
Pada zat cair dan zat padat pengaruhnya kecil. Sedangkan pada gas, kelarutan bertambah dengan bertambahnya tekanan.
4.         Ukuran partikel
Makin kecil partikel maka zat terlarut semakin cepat larut.
5.         Penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.
Penambahan pelarut lain menyebabkan kenaikan kelarutan.
Langkah kerja dari percobaan indeks bias adalah sebelum menggunakan refaktometer, terlebih dahulu bersihkan tempat sampel dengan tissue. Selanjutnya teteskan sampel pertama hingga mencapai batas yang ada pada tempat sampel. Kemudian tutup tempat sampel agar terhindar dari cemaran benda asing ataupun agar hampa udara, selanjutnya tekan tombol  untuk mengarahkan pada penentuan indeks bias dan % glukosa. Method-2 untuk % glukosa dan method-4 untuk indeks biasnya. Tekan tombol enter lalu tekan tombol meas, Beberapa detik sesudahnya. Tunggu beberapa saat hingga terdengar bunyi yang menandakan measuring telah selesai sehingga diperoleh ukuran atau kadar yang ingin diketahui. Baik indeks bias maupun % glukosanya. Catat  data yang didapatkan. Lalu tekan tombol reset untuk membersihkan atau menghapus data, kemudian tekan tombol method untuk kembali kemenu.
Pada percobaan kali ini, sampel yang digunakan berupa aquadest, larutan glukosa (20%, 30%, dan 40%) dan teh kotak dilakukan secara terpisah. Untuk glukosa 20% didapatkan dengan melarutkan 20 gram glukosa dalam 100 ml aquadest, glukosa 30% didapatkan dengan melarutkan 30 gram glukosa dalam 100 ml aquades, begitupun glukosa 40% didapatkan dengan ditimbang 40 gram glukosa dalam neraca analitik, kemudian dilarutkan dalam gelas ukur dan diaduk menggunakan batang pengaduk. Ketiganya masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Jika belum mencapai batas minuskus ditambahkan aquadest hingga mencapai batas minuskus tersebut. Larutan lalu dihomogenkan dengan cara memutar balikkan labu ukur, hingga larutan tercampur satu sama lain. Begitupun dengan teh kotak dan aquadest. Kelima sampel dimsukkan ke dalam tabung reaksi menggunakan pipet tetes dengan hati-hati. Setiap sampel dalam tabung reaksi diberi label sesuai dengan nama larutan. Refraktometer dinyalakan kemudian dibersihkan tempat penyimpanan sampel. Pertama diteteskan aquades dengan hati-hati ke dalam refraktometer hingga batas garis. Tekan tombol method-2 lalu enter, dan measure. Tunggu beberapa saat sampai monitor menunjukkan nilai kadar glukosa. Langkah di atas juga menunjukkan nilai indeks bias dengan memilih tombol method-4. Kaca tempat penyimpanan sampel pada refraktometer harus selalu dibersihkan dengan aquades dan di lap dengan tissue.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil indeks bias rata-rata untuk aquadest diperoleh 1,332, glukosa 20%= 1,357, glukosa 30%= 1,371, glukosa 40%= 1,384, dan teh kotak 1,346. Sedangkan untuk kadar % glukosa rata-rata diperoleh -0,0433% untuk aquadest, 16,29% untuk glukosa 20%, 24,66% untuk glukosa 30%, 31,77% untuk glukosa40% dan teh kotak 8,8%.
Dapat disimpulkan bahwa larutan glukosa 20%, 30% dan 40% memiliki nilai indeks bias yang lebih besar jika dibandingkan dengan aquadest dan the kotak. Dan menunjukkan bahwa glukosa 20%, 30% dan 40% lebih pekat dari pada aquadest dan teh kotak. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa larutan dengan konsentrasi ataupun kadar glukosa yang lebih banyak merupakan larutan yang lebih pekat.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kelarutan diantaranya suhu, daya hantar listrik, jenis zat, temperatur, dan tekanan. Suhu, pada suhu tinggi partikel-partikel akan bergerak lebih cepat disbanding pada suhu rendah. Hal ini menyebabkan zat terlarut lebih mudah larut pada suhu tinggi.Daya hantar listrik murni, merupakan penghantar listrik yang buruk.akan tetapi jika didalam air tersebut ditambahkan zat pelarut maka sifat daya hambatannya berubah sesuai dengan jenis zat yang dilarutkan, jenis zat-zat dengan struktur kimia yang mirip pada umumnya dapat saling bercampur dengan baik sedangkan zat-zat yang struktur kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampuran. Temperatur kelarutan gas umumnya berkurang pada temperature yang tinggi.Tekanan perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau padat.
Faktor kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini berupa kesalahan dalam pembuatan larutan glukosa 40% yang diulangi pembuatannya beberapa kali hingga mendapatkan larutan glukosa 40%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks bias, yaitu: kekentalan zat cair, dimana semakin kental zat cair, indeks biasnya semakin besar. Begitu pula sebaliknya, semakin encer zat cair maka indeks biasnya semakin kecil; kecepatan rambat cahaya, dimana semakin besar cepat rambat cahaya dalam medium, maka indeks biasnya semakin besar; suhu, dimana semakin besar suhu maka indeks biasnya semakin kecil; panjang gelombang, dimana semakin besar panjang gelombang maka indeks biasnya semakin kecil; tekanan udara permukaan, dimana semakin besar tekanan udara permukaan maka indeks biasnya semakin besar; dan konsentrasi larutan, dimana semakin besar konsentrasi larutan maka indeks bias semakin besar , sebaliknya jika semakin kecil konsentrasi larutan maka indeks biasnya juga semakin kecil.    
Refraktometer dapat menunjukkan hasil berupa angka indeks bias serta kadar glukosa dengan sumber cahaya yang ada pada refraktometer. Ketika refraktometer tersebut diaktifkan atau dinyalakan cahaya tersebut akan menembus bagian prisma yang berisi sampel dan membaca glukosa sebagai molekul yang dicarinya. Saat cahaya berhasil mendeteksi glukosa maka akan dibiaskan untuk selanjutnya diproses detektor. Sebagai cahaya yang tidak terbaca atau kenali, glukosa akan dipantulkan dan cahaya yang diproses oleh detektor atau dibaca oleh monitor dan menampilkan dengan persen angka yang menunjukkan % kadar glukosa dan indeks bias yang hanya berupa angka-angka inilah yang kemudian menjadi nilai indeks bias dan persen glukosa dan sampel pada percobaan ini ada beberapa sampel yaitu aquadest, glukosa 20%, glukosa 30%, glukosa 40%, dan teh kotak.
Perbedaan indeks bias dari tiap-tiap sampel disebabkan karena kecepatan cahaya pada masing-masing medium atau sampel berbeda-beda, dimana laju cahaya pada kecepatan vakum lebih cepat dari pada laju cahaya ketika sudah melewati suatu medium. Perlambatan ini terjadi karena dalam medium terjadi penyerapan atau absorbs dan hamburan cahaya saat bergerak dari atom ke atom.
Untuk perbedaan (%) glukosa tergantung pada kandungan (gram) glukosa pada komposisi masing-masing sampel dimana kadar glukosa pada aquadest berbeda-beda dan tidak sesuai dengan literatur. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya ketelitian saat aquadest dimasukkan dalam prima refraktometer tidak membaca secara keseluruhan aqoadest yang dimasukkan.
            Indeks bias berkaitan dengan mekanisme kelarutan, mekanisme kelarutan dapat ditentukan berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelautan yaitu jenis zat (polar larut dalam polar dan non polar larut dalam non polar), temperatur (endotoerm-kelarutan bertambah pada suhu tinggi dan eksoterm-kelarutan berkurang pada suhu tinggi) dan tekanan (kelarutan gas sama dengan tekanan porsial yang dimilikinya)
Percobaan indeks bias berhubungan dengan dunia farmasi yaitu untuk mengetahui  takaran ataupun persen kadar suatu sediaan atau obat serta konsentrasi obat sebelum dipasarkan. Sehingga diketahui apakah obat tersebut layak dikonsumsikan dan diedarkan atau tidak.

BAB VI
PENUTUP
VI.1.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat  disimpulkan bahwa:
1.   % Kadar glukosa pada aquadest adalah -0,09%, pada larutan glukosa 20% adalah 16,32%, pada larutan glukosa 30% adalah 24,64%, pada larutan glukosa 40% adalah 31,78%, dan % kadar glukosa pada teh kotak adalah 8,95%.
2.   Nilai indeks bias aquadest adalah 1,332, nilai indeks bias pada larutan glukosa 20% adalah 1,357, nilai indeks bias pada larutan glukosa 30% adalah 1,371, nilai indeks bias pada larutan glukosa 40% adalah 1,384, dan nilai indeks bias pada teh kotak adalah 1,346.

VI.2.    Saran
a.Asisten                  : Cara membimbingnya sudah baik dan diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
b.Laboratorium        : Diharapkan agar kebersihan laboratorium dapat dijaga dan juga kebersihan dari alat refraktometer agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang akurat.





DAFTAR PUSTAKA
Armando, Rochim. 2000. Memproduksi Minyak Atsiri Berkualitas. Jakarta: PS
Bresnick, Stephen. 1998. Intisari Fisika. Jakarta: Erlangga.
Bueche, Frederick. 2006. Fisika Universitas Edisi X. Jakarta: Erlangga.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Depkes RI.
Grancholi, Doughlass. 1999. Fisika Edisi III. Jakarta: Erlangga.
Hani, Ahmadi Rustan. 1999. Fisika Kesehatan. Jakarta: Apres.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2010. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Universitas Hasanuddin. 2010. Materi Penuntun Perkuliahan. Makassar: Unhas Press.
www.wikipedia.com. Dimuat tanggal 3 Desember 2012.





1 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Advertisement

Popular

POPULAR POSTS

Popular Posts

Recent Posts

Facebook Google Plus Instagram Youtube Channel

Text Widget